Kejanggalan KemenPUPR Boyong Puluhan Wartawan Ke JIS

Camping.my.id - Jakarta Internasional Stadion (JIS) telah menjadi perbincangan yang hangat di kalangan masyarakat, dari warung kopi hingga meja makan para tokoh politik. Sayangnya, perdebatan mengenai rumput stadion JIS ini terkesan lebih banyak dibicarakan oleh simpatisan calon presiden dan tokoh politik daripada oleh praktisi olahraga. Hal ini membuat kita curiga bahwa permasalahan rumput JIS sebenarnya bukanlah masalah kualitas fasilitas olahraga, melainkan permainan politik terkait calon presiden.

Stadion JIS merupakan pencapaian luar biasa dalam pembangunan fasilitas olahraga sepak bola di Indonesia. Proyek stadion internasional ini selesai dibangun pada masa kepemimpinan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Saat ini, Anies menjadi salah satu calon presiden potensial dari Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai NasDem, PKS, dan Demokrat. Tentu saja, dinamika politik terkait calon presiden untuk pemilu 2024 telah menjadi hal yang kita semua sudah tahu.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa JIS adalah stadion yang luar biasa. Selama pembangunannya, JIS telah meraih penghargaan MURI dalam tiga kategori, yaitu:

  • Struktur Atap Stadion dengan Bobot Terberat (3.900 ton) dan Bentang Lifting Terpanjang di Asia.
  • Stadion pertama di Indonesia yang menggunakan sistem atap buka-tutup.
  • Meraih sertifikasi platinum green building (predikat bangunan ramah lingkungan level tertinggi).

Bahkan, media Daily Mail UK dari Inggris mencantumkan JIS sebagai salah satu dari 10 stadion termegah di dunia. JIS berada di peringkat ke-10 setelah Miami Freedom Park, Lusail Iconic, Bramley-Moore Dock, Camp Nou, Santiago Bernabeu, New Feyenoord, Della Roma, New San Siro, dan Grand Stade de Casablanca.

Mari kita mencoba menilai secara objektif akar perdebatan yang membuat stadion JIS viral, yaitu masalah rumput. Dalam menilai objektivitas, sebaiknya kita menjauhkan drama politik dari pembicaraan tentang JIS. Saya berharap semua diskusi tentang JIS dapat dilakukan secara objektif tanpa campur tangan politik.

Secara ideal, stadion yang layak untuk menggelar Piala Dunia U-17 harus memenuhi rekomendasi dari FIFA. Dalam konteks JIS, FIFA merekomendasikan penggunaan rumput hybrid, yaitu rumput yang merupakan campuran antara rumput alami dan rumput sintetis.

Tidak ada alasan untuk meragukan kualitas rumput di JIS. Rumput yang digunakan adalah kombinasi antara Zoysia Matrella (95%) dari Boyolali dan Sintetis Limonta (5%). Jenis rumput hybrid ini telah direkomendasikan oleh FIFA dan digunakan di stadion terkenal seperti Wanda Metropolitano dan Allianz Arena.

Karena itu, kita perlu bertanya mengapa Kementerian PUPR yang dipimpin oleh Pak Bas menyatakan bahwa rumput JIS tidak memenuhi standar FIFA? Apa dasar dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh PT. Karya Rama Prima, yang sebenarnya merupakan kontraktor untuk rumput golf? Akhirnya, apakah benar akan menggunakan dana sebesar Rp. 6 miliar untuk menanam rumput kembali? Semuanya ini terasa tidak masuk akal, terutama setelah dimulainya permainan politik jelang pemilihan presiden.

Kita harus menyadari bahwa pernyataan Kementerian PUPR mengenai rumput JIS dan rencana penggunaan dana miliaran rupiah hanya akan membuat rumput yang seharusnya sudah hijau menjadi semakin rumit. Hal ini berarti membuang-buang uang hanya untuk menciptakan isu politik yang terkait dengan calon presiden, tanpa memperhatikan banyaknya infrastruktur publik yang masih membutuhkan perhatian.